Pertanian Indonesia

Rabu, 10 Agustus 2011

Pertanian Indonesia

“Indonesia merupakan Negara agraris, dimana hampir mayoritas penduduknya bekerja dalam sector pertanian.” Ya, mungkin pernyataan itu sering kita dengar sampai saat ini. Tetapi apabila melihat fakta yang ada, tidak semua penduduk bisa memahami pertanian dengan baik. Saat ini pun, kondisi pertanian di Indonesia dapat dikatakan belum stabil. Karena bila dilihat dari sektor harga jual beras atau produk pertanian lainnya masih belum stabil.
Apabila melihat data yang ada dari periode orde baru, presentase pekerja di bidang pertanian menurun setiap tahunnya. Begitupun dengan peran pertanian di Indonesia dalam Pendapatan Domestik Bruto, presentasenya menurun setiap tahunnya. Sehingga peran pertanian Indonesia dalam meningkatkan pendapatan nasional cukup rendah.
Tetapi untuk saat ini, komoditas pertanian Indonesia cukup bersaing di dunia internaional. Beberapa bahan unggulan pertanian Indonesia adalah komoditas kelapa sawit, karet, dan beberapa jenis buah-buahan seperti manggis. Hal ini tentunya dapat meninkatkan persaingan produk lokal Indonesia di pasar internasional.
Sedangkan untuk tanaman pangan, pemerintah Indonesia fokus terhadap kebutuhan pangan nasional. Poduksi padi Indonesia tahun 2010 menjadi yang tertinggi spanjang sejarah nasional, yaitu sekitar 66 juta ton (berdasarkan data dari BPS). Dan hal ini menyebabkan Indonesia telah sukses melakukan swasembada beras. Tetapi untuk memenuhi cadangan beras nasional, Indonesia masih mengimpor sebagian kecil dari negara lain.
Walaupun sudah dikatakan mampu melakukan swasembada pangan, masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Masih kesulitan dalam memenuhi pangannya, sehingga tidak sedikit anak-anak Indonesia yang mengalami gizi buruk.
Selain itu, kesejahteraan petani masih jauh dai harapan. Hal ini dikarenakan petani Indonesia mayoritas tidak memiliki lahan pertanian sendiri, artinya masih dipekerjakan untuk menjadi buruh tani. Petani yang memiliki lahan pun biasanya hanya berupa lahan sempit yang luasnya kurang dari 0,25 Ha. Inilah yang menyebabkan pendapatan petani masih rendah.
Namun demikian, secara umum dapat dilihat bahwa Nilai Tukar Petaani (NTP) di Indonesia sudah di atas Rp 100,00 yang mengindikasikan bahwa keadaan petani sudah lebih baik.
Akan tetapi, dilain pihak, Indonesia telah mampu melakukan ekspor beberapa produk pertanian. Dimana untuk periode ini ekspor pertanian Indonesia masih ditopang oleh komoditas perkebunan, yaitu perkebunan kelapa sawit dan karet.
            Sudah sebaiknya, pemerintah dan masyarakat tetap bekerja sama untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan nasional. Hal ini guna menunjang program pemerintah untuk meningkatkan swasembada pangan, terutama dalam kooditas beras dan jagung yang menjadi makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia.

~rizky prayogo r.~

 

Browse